- Latar Belakang Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan
Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Jepang dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat sehingga Jepang terpaksa menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Berita ini segera diketahui oleh sebagian tokoh-tokoh nasional terutama pemimpin pemuda. Para pemudamenghendaki agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari Jepang.
- Peristiwa Rengasengklok
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan
Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan
kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang
telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi
lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih
rumah Bung Karno karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara
yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga,
untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan
teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56.
Teks Proklamasi disusun di Jakarta bukan di rumah seorang Tionghoa, Djiaw Kie Siong yang
diusir dari rumahnya oleh anggota PETA agar dapat ditempati oleh
"rombongan dari Jakarta". Naskah teks proklamasi di susun di rumah
Laksamana Muda Maeda di Jakarta. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada
Rabu tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta,
maka Yusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada
di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan
Mr. Achmad Soebarjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok
untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat
ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada
tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
- Detik-Detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 telah hadir antara lain Suwiryo, Wilopo, Gafar, Pringgo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Suwiryo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Muwardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Suhud untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
.
- Kronologi Peristiwa Pada Hari Kemerdekaan Indonesia06 Agustus 1945: Sekutu (Amerika Serikat) membombandir Kota Hiroshima
09 Agustus 1945: Sekutu (Amerika Serikat) membombandir Kota Nagasaki dan Ir. Soekarno,
Drs. Mohammad Hatta, Dr. Radjiman Weyodiningat dipanggil Jendral
Terauchi di Dalat, Saigon (Vietnam Selatan)
14 Agustus 1945: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Dr. Radjiman Weyodiningat pulang
dari Saigon
15 Agustus 1945: Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu
16 Agustus 1945: Terjadi peristiwa Rengasdengklok
17 Agustus 1945: Membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia
18 Agustus 1945: Sidang PPKI I
19 Agustus 1945: Sidang PPKI II
22 Agustus 1945: Sidang PPKI III
- Perubahan Pada Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Di dalam teks proklamasi terdapat beberapa perubahan yaitu terdapat pada:
- Kata tempoh diubah menjadi tempo
- Kata Wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi Atas nama bangsa Indonesia
- Kata Djakarta, 17-8-05 diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 08 tahun '05
- Naskah proklamasi yang tidak ditandatangani kemudian menjadi otentik dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh.Hatta
- Kata Hal2 diubah menjadi Hal-hal
- Cara Penyebaran Teks Prokamasi Kemerdekaan Indonesia
Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect our Constitution, August 17!(Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!) Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.
- Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
- Sam Ratulangi dari Sulawesi.
- Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
- A. A. Hamidan dari Kalimantan.
Diposkan oleh: - Feri Gunawan
- Ridha Ash Siddiqy
- Ridha Ash Siddiqy
- M.Rizqy Maulana
- Iman
- Iskandar
- Iskandar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar